Didik Hendriyono, S.Pd

Didik Hendriyono, lahir di Surabaya , 25 Juni 1973. Anak kedua dari empat bersaudara buah cinta kasih pasangan Sunyoto dan Sri Lestari ini, sejak tahun 1997 hij...

Selengkapnya
Navigasi Web
Corona pun Tertawa Saat Thermo Gun Diarahkan Tepat di Depan Jidat Kita

Corona pun Tertawa Saat Thermo Gun Diarahkan Tepat di Depan Jidat Kita

Corona pun Tertawa Saat Thermo Gun Diarahkan Tepat di Depan Kepala Kita

Oleh: Didik Hendri Telisik Hati Ha...ha...ha... Lucu... Konyol...!!! Lihat, wajah-wajah mereka ekspresinya campur baur antara takut, cemas dan panik saat thermo gun diarahkan tepat di depan kepalanya. Mereka was-was, takut suhu tubuhnya di atas 38 derajat celcius. "Memang kenapa kalau di atas 38 derajat?" tanya Prajurit Corona kepada Sang Kapten yang tengah asyik menertawakan manusia ketika berhadapan dengan alat pengukur suhu tubuh yang bernama Thermo Gun. Kapten Corona lalu menghentikan tawanya. Begini rit prajurit, di dunia manusia, suhu tubuh itu menentukan apakah dia itu dalam kondisi sehat atau sakit. Suhu tubuh normal manusia antara 36.5 derajat sampai 37.5 derajat celcius. "Lalu?" Tanya Prajurit Corona yang tampak begitu penasaran dengan kehidupan dunia manusia. "Berarti kalau di atas 38 derajat, itu pertanda manusianya dalam kondisi sakit, Kapten?" "Di dunia manusia, lagi-lagi Sang Kapten menjelaskan dengan penuh kesabaran kepada prajuritnya, agar tidak salah sasaran. "Untuk ukuran tubuh orang dewasa, suhu tubuh 38 derajat celcius dikategorikan demam, 39.5 derajat celcius masuk kategori demam tinggi, dan 41 derajat celcius kategori demam sangat tinggi," jlentreh Sang Kapten. Sementara Si Prajurit hanya bisa manggut-manggut. "Lalu???" "Lalu apa lagi rit prajurit! Jangan menguji kesabaranku. Aku juga bisa murka seperti manusia," ujar Kapten Corona setengah emosi. "Woles Kapten, ndak usah pakai mbleyer. Jadi pemimpin memang kudu sabar, ndak boleh gampang marah, apalagi memiliki sifat rakus, sombong, dan pendendam". " Ealaah tobil tobil anak kancil mangan cindil. Koq malah ceramah kowe, Rit Prajurit! Wes ndang ngomong, lalu opo maneh maksudmu???" "Lalu...lalu..., lalu kapan kita pulang, Kapten???" "Owalah, kuwi tho maksudmu! Don't worry, ojok khawatir. Sebentar lagi kita pulang. Giliran kita yang stayhome. Biarkan bangsa manusia khusuk bercengkrama dengan Tuhan-Nya di momen Bulan Suci Ramadan. "Wes ndang entekno kopimu, kita siap-siap Let's Go, mumpung durung digempur Sholawat Li Khomsatun karo Tibbil Qulub...!!!" Didik Hendri Telisik Hati Pondok Literasi Bumi Wali Gresik Sabtu Kliwon, 4 April 2020 Ditulis pukul 14.53 WIB

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tertawa krn melihat kita khawatir.

04 Apr
Balas

Nggeh betul Bu...!!!

05 Apr



search

New Post